WISATA SEJARAH BERSAMA MUSEUM SONOBUDOYO

Sobat Gembira bingung mau mengisi liburan kemana? Mulai sekarang gak usah bingung-bingung lagi deh. Karena Yogyakarta mempunyai banyak sekali tempat tujuan wisata, mulai dari wisata alam, wisata sejarah, sampai wahana permainan. Kali ini kita akan mengulas mengenai tempat wisata sejarah. Yogyakarta mempunyai banyak tempat wisata sejarah, salah satunya adalah Museum Sonobudoyo. Museum Negeri Sonobudoyo sendiri memiliki dua unit bangunan. Unit pertama terletak di Jalan Trikora 6 Yogyakarta, sedangkan unit kedua terletak di Jalan Wijilan Yogyakarta (Dalem Condrokiranan).
Sejarah berdirinya Museum Sonobudoyo diawali dengan konggres pada tahun 1924. Konggres ini diselenggarakan oleh Java Instituut yaitu sebuah yayasan yang bergerak di bidang kebudayaan Jawa, Bali, dan Lombok. Dalam keputusan konggres tersebut, Java Instituut akan mendirikan sebuah museum di Yogyakarta. Pada tahun 1929 dikumpulkanlah data kebudayaan dari daerah Jawa, Bali, dan Lombok. Pada tahun 1931 dibentuklah panitia perencanaan pendirian museum yang beranggotakan Ir.Th.Karsten dan P.H.W. Sitsen Koperberg. Museum Sonobudoyo berdiri diatas tanah “schauten” yaitu tanah hadiah dari Sultan Hamengkubuwono VIII dan ditandai dengan candrasengkala “Buta ng rasa esthining lata” pada tahun 1865 Jawa atau tahun 1934 Masehi.
Museum ini diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono VIII pada hari Rabu Wage tanggal 9 Ruwah tahun 1866. Peresmiannya ditandai dengan candrasengkala “Kayu Winayang ing Brahmana Budha” yang berarti tahun Jawa atau tepatnya tanggal 6 bulan November 1935 Masehi. Pada masa pendudukan Jepang, Museum Negeri Sonobudoyo dikelola oleh Bupati Panirdyopati Wiyoto Prajo. Namun setelah kemerdekaan kemudian dikelola oleh Bupati Utorodyopati Budaya Pratiwa yaitu jajaran Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Selanjutnya pada akhir tahun 1974 Museum Sonobudoyo diserahkan kepada Pemerintah Pusat atau Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang secara langsung bertanggung jawab kepada Direktorat Jendral Kebudayaan.
Penyerahan tersebut dilakukan sehubungan dengan diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan PP No.25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi sebagai otonomi daerah. Mulai bulan Januari 2001 Museum Sonobudoyo bergabung pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi DIY.
Begitu memasuki area museum, pengunjung akan disambut dengan dua buah meriam peninggalan kuno yang bertahtakan aksara Jawa. Ruangan aula atau atrium utama museum menyuguhkan pemandangan klasik dengan kehadiran seperangkat gamelan pelog-slendro yang masih terjaga dengan apik. Dalam aula juga terdapat pameran karya dari Gelar Wisata yang diselenggarakan pada tahun 2008. Museum Sonobudoyo sebenarnya memiliki tiga ruang utama yang digunakan untuk menyimpan peninggalan sejarah. Ruangan tersebut adalah Ruang Pengenalan, Ruang Prasejarah, Ruang Klasik dan Peninggalan Islam.<br /> Di dalam Ruang Pengenalan pengunjung dapat melihat beberapa koleksi batik diantaranya batik Jlamprang dan Selendang Macan Ucul. Ada juga koleksi Topeng Wukirsari dari Yogyakarta asli. Ruang Pengenalan memamerkan miniatur andong, pakinangan, krobongan (tempat tidur), talam kayu gaya Cirebon, dan simbol dari kota Yogyakarta.
Selanjutnya ada Ruang Prasejarah yaitu ruangan yang menyajikan peninggalan masa prasejarah yang menggambarkan cara hidup manusia pada masa itu. Meliputi berburu dan mengumpulkan makanan. Pada tingkat berikutnya manusia mulai bercocok tanam secara sederhana serta melakukan upacara-upacara yang berhubungan dengan kepercayaan. Di sini pengunjung dapat menyaksikan replika tengkorak dan tulang manusia, rekonstruksi Homo erectus dan replika kubur batu serta peninggalan prasejarah lainnya berupa peralatan sehari-hari yang digunakan secara universal.
Ruang ketiga adalah Ruang Klasik dan Peninggalan Islam, ruangan ini adalah ruang terluas dibandingkan dengan ruang sebelumnya. Di dalamnya terdapat Prasasti Panggumulan yang ditemukan di Kembang Arum, Klegung, Sleman. Prasasti ini ditulis pada tanggal 26 Poca 824 Saka atau tanggal 27 Desember tahun 902 M. Di sini dipaparkan 7 unsur kebudayaan universal manusia yang meliputi: kemasyarakatan, bahasa, religi, kesenian, ilmu pengetahuan, peralatan hidup, dan mata pencaharian. Ada pula peta tempat ditemukannya situs periode klasik, ada 35 situs periode klasik yang ditemukan.
Replika Candi dan stupa, patung kepala dewa, alat musik masa klasik, kerajinan keramik juga dapat dijumpai di ruang ini. Selain itu kita juga dapat menjumpai benda sejarah peninggalan Islam seperti Al-Quran dengan ukuran yang sangat besar. Karya sastra Islam pada masa itu juga ada, karya sastra Islam pada masa itu ditulis dengan 3 bahasa yaitu, Arab, Jawa, dan Melayu. Koleksi sastranya meliputi Serat Ambiya, Naskah Lontar dengan huruf Arab, dan Kidung Pembaratan dengan Tembang Dhandhanggula sebagai tolak bala. Kesenian Islam berupa kaligrafi huruf Arab dan alat musik rebana yang semuanya masih asli tersimpan baik di Museum Sonobudoyo.
Menuju pintu keluar museum, pengunjung masih dimanjakan dengan pemandangan patung penari Bedaya, koleksi batik beserta alat-alat untuk membuatnya, kerajinan perak serta wayang. Dijelaskan pula tujuh jenis wayang yang berkembang pada masa itu yaitu, wayang kulit, daun, kain/kertas, kayu, orang, permainan anak dan wayang batu. Ada juga skema yang menjelaskan mengenai daur hidup manusia meliputi purwa (bayi-penyapihan-kanak-kanak), madya (remaja-pubertas/dewasa-sesudah nikah-hamil), dan wasana (tua-kematian).
Ruang terakhir sebelum pintu keluar museum terdapat peta persebaran agama Hindu, kain tenun tradisional Bali serta maket pura Desa Bali Utara. Selain menyimpan koleksi sejarah, Museum Negeri Sonobudoyo juga menggelar Pagelaran Wayang Kulit durasi singkat yang dipentaskan setiap hari. Wayang Kulit ini dipentaskan pada pukul 20.00-22.00 WIB dengan tarif tiket Rp 20.000,00. Museum Sonobudoyo buka setiap hari kecuali hari Senin, jadi jangan ragu lagi kalau ingin mengisi liburan. Mengisi liburan sambil belajar dan mengenal warisan budaya tentunya sangat mengasyikkan dan menambah wawasan.
(mes)

Tinggalkan komentar